Metrik yang umum digunakan dalam menilai suatu perusahaan adalah enterprise value (EV). Pemahaman akan EV akan membantu perusahaan dalam menjaga dan meningkatkan nilai perusahaannya, terlebih EV dengan perspektif jangka panjang dan sustainability suatu bisnis.
Menurut Horie dan Kim (2009), definisi EV berdasarkan akuntansi dengan definisi sempit adalah jumlah nilai ekuitas dan nilai hutang perusahaan. Sedangkan definisi luasnya termasuk intangible assets, yang diantaranya adalah leasehold, goodwill, dan trademark right.
Definisi EV dari sisi investor berbeda dengan definisi akuntansi. Bagi investor EV adalah business value perusahaan, atau nilai jual/beli perusahaan yang telah memperhitungkan nilai aset, hutang, dan ekuitas perusahaan. Sedangkan intangible assets yang dilihat oleh investor biasanya adalah kualitas bisnis perusahaan dan kualitas manajemennya, apakah berpihak pada long-term value creation.
Maksimalisasi EV sebaiknya menjadi tujuan perusahaan dalam menjalankan operasional bisnisnya. Ada tiga hal utama yang dapat dilakukan perusahaan untuk dapat mencapainya sebagaimana berikut ini.
Kesehatan Jangka Panjang Perusahaan
Kesehatan perusahaan berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan operasionalnya saat ini dan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi pertumbuhan di masa yang akan datang. Oleh karenanya, perusahaan diharapkan memiliki kemampuan dalam memperjelas perbedaan antara kinerja jangka pendek dengan kesehatan perusahaan. Bisa saja saat ini kinerja perusahaan sangat baik, namun kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi area-area pertumbuhan baru dan mengejar potensi pertumbuhan tersebut sangat lemah.
Terdapat beberapa komponen generik suatu perusahaan yang disebut perusahaan sehat, yaitu: 1) strategi yang baik, 2) produktif, 3) aset yang terjaga dengan baik, 4) produk, jasa, dan proses yang inovatif, 5) reputasi yang baik di mata customer, regulator, pemerintah, dan pemangku kepentingan yang lain, dan 6) kemampuan untuk menarik minat, menjaga, dan membangun bakat-bakat yang berkualitas (Davis, 2005).
ESG (Environmental, Social, dan Governance)
Saat ini perusahaan mengalami tekanan yang tinggi dari berbagai pihak untuk semakin memperhatikan isu lingkungan (environmental), sosial (social), dan tata kelola perusahaan (governance). Bonini, Koller, dan Mirvis (2009) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang jelas antara tujuan keuangan keuangan perusahaan dengan reputasinya dalam ESG yang memenuhi kebutuhan komunitas, dan melebihi persyaratan peraturan dan norma industri yang berlaku. Lebih lanjut mereka mengatakan, program ESG yang dilakukan perusahaan dapat menciptakan nilai bagi dirinya dengan mendukung pertumbuhan, peningkatan return on capital, pengurangan risiko, atau meningkatkan kualitas manajemen.
Pentingnya perusahaan melakukan program-program ESG dilandasi oleh dibutuhkannya legitimasi masyarakat oleh perusahaan didalam area operasionalnya. Dengan demikian perusahaan dapat memiliki kemampuan survival dalam jangka panjang dan kemudian tujuan shareholder value creation menjadi dapat lebih difokuskan. Bagi masyarakat, kehadiran perusahaan juga sangat penting, karena perusahaan dapat memberikan keuntungan, seperti tersedianya produk dan jasa yang dibutuhkan, terciptanya lapangan pekerjaan, dan lainnya. Reciprocal relationship (hubungan timbal balik) seperti ini menjadi landasan “kontrak bisnis” antara perusahaan dan masyarakat.
Komunikasi dan Keterbukaan terhadap Pemegang Saham
Komunikasi dan keterbukaan terhadap pemegang saham menjadi sangat penting dalam proses value creation perusahaan. Investor membutuhkan kejelasan bagaimana bisnis perusahaan bekerja menciptakan nilai dan kejujuran manajemen perusahaan dalam menilai kinerjanya sendiri. Lingkungan saat ini jauh lebih menuntut transparansi perusahaan. Demikian pula investor lebih menghargai perusahaan dengan transparansi yang memadai. Investor lebih menghargai perusahaan yang memberikan diskusi manajemen yang fair dan berimbang sehingga dapat memberikan gambaran tentang kualitas tim manajemen dan bagaimana potensial future value creation.
Menurut Palter dan Rehm (2009) semakin transparannya data keuangan dan operasional, pengukuran kinerja yang jujur, dan panduan tentang metrik yang digunakan eksekutif dalam menjalankan perusahaan akan membantu investor untuk membangun opini yang terinformasi tentang potensial value creation, kualitas manajemen, dan profil risiko bisnis perusahaan. Lebih lanjut, mereka mengatakan, dalam prosesnya manajemen akan memperoleh feedback yang berharga dari investor, misalnya tentang pertumbuhan perusahaan dan kinerja perusahaan relatif terhadap pesaingnya.
Oleh:
Guntur Tri Hariyanto dan Roy Sembel
Menurut Horie dan Kim (2009), definisi EV berdasarkan akuntansi dengan definisi sempit adalah jumlah nilai ekuitas dan nilai hutang perusahaan. Sedangkan definisi luasnya termasuk intangible assets, yang diantaranya adalah leasehold, goodwill, dan trademark right.
Definisi EV dari sisi investor berbeda dengan definisi akuntansi. Bagi investor EV adalah business value perusahaan, atau nilai jual/beli perusahaan yang telah memperhitungkan nilai aset, hutang, dan ekuitas perusahaan. Sedangkan intangible assets yang dilihat oleh investor biasanya adalah kualitas bisnis perusahaan dan kualitas manajemennya, apakah berpihak pada long-term value creation.
Gambar 1. Enterprise Value dari Sisi Investor vs Enterprise Value Terminologi Akuntansi
Sumber: Horie dan Kim (2009), NRI Papers No. 148, November 1, 2009
Maksimalisasi EV sebaiknya menjadi tujuan perusahaan dalam menjalankan operasional bisnisnya. Ada tiga hal utama yang dapat dilakukan perusahaan untuk dapat mencapainya sebagaimana berikut ini.
Kesehatan Jangka Panjang Perusahaan
Kesehatan perusahaan berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan operasionalnya saat ini dan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi pertumbuhan di masa yang akan datang. Oleh karenanya, perusahaan diharapkan memiliki kemampuan dalam memperjelas perbedaan antara kinerja jangka pendek dengan kesehatan perusahaan. Bisa saja saat ini kinerja perusahaan sangat baik, namun kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi area-area pertumbuhan baru dan mengejar potensi pertumbuhan tersebut sangat lemah.
Terdapat beberapa komponen generik suatu perusahaan yang disebut perusahaan sehat, yaitu: 1) strategi yang baik, 2) produktif, 3) aset yang terjaga dengan baik, 4) produk, jasa, dan proses yang inovatif, 5) reputasi yang baik di mata customer, regulator, pemerintah, dan pemangku kepentingan yang lain, dan 6) kemampuan untuk menarik minat, menjaga, dan membangun bakat-bakat yang berkualitas (Davis, 2005).
ESG (Environmental, Social, dan Governance)
Saat ini perusahaan mengalami tekanan yang tinggi dari berbagai pihak untuk semakin memperhatikan isu lingkungan (environmental), sosial (social), dan tata kelola perusahaan (governance). Bonini, Koller, dan Mirvis (2009) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang jelas antara tujuan keuangan keuangan perusahaan dengan reputasinya dalam ESG yang memenuhi kebutuhan komunitas, dan melebihi persyaratan peraturan dan norma industri yang berlaku. Lebih lanjut mereka mengatakan, program ESG yang dilakukan perusahaan dapat menciptakan nilai bagi dirinya dengan mendukung pertumbuhan, peningkatan return on capital, pengurangan risiko, atau meningkatkan kualitas manajemen.
Pentingnya perusahaan melakukan program-program ESG dilandasi oleh dibutuhkannya legitimasi masyarakat oleh perusahaan didalam area operasionalnya. Dengan demikian perusahaan dapat memiliki kemampuan survival dalam jangka panjang dan kemudian tujuan shareholder value creation menjadi dapat lebih difokuskan. Bagi masyarakat, kehadiran perusahaan juga sangat penting, karena perusahaan dapat memberikan keuntungan, seperti tersedianya produk dan jasa yang dibutuhkan, terciptanya lapangan pekerjaan, dan lainnya. Reciprocal relationship (hubungan timbal balik) seperti ini menjadi landasan “kontrak bisnis” antara perusahaan dan masyarakat.
Komunikasi dan Keterbukaan terhadap Pemegang Saham
Komunikasi dan keterbukaan terhadap pemegang saham menjadi sangat penting dalam proses value creation perusahaan. Investor membutuhkan kejelasan bagaimana bisnis perusahaan bekerja menciptakan nilai dan kejujuran manajemen perusahaan dalam menilai kinerjanya sendiri. Lingkungan saat ini jauh lebih menuntut transparansi perusahaan. Demikian pula investor lebih menghargai perusahaan dengan transparansi yang memadai. Investor lebih menghargai perusahaan yang memberikan diskusi manajemen yang fair dan berimbang sehingga dapat memberikan gambaran tentang kualitas tim manajemen dan bagaimana potensial future value creation.
Menurut Palter dan Rehm (2009) semakin transparannya data keuangan dan operasional, pengukuran kinerja yang jujur, dan panduan tentang metrik yang digunakan eksekutif dalam menjalankan perusahaan akan membantu investor untuk membangun opini yang terinformasi tentang potensial value creation, kualitas manajemen, dan profil risiko bisnis perusahaan. Lebih lanjut, mereka mengatakan, dalam prosesnya manajemen akan memperoleh feedback yang berharga dari investor, misalnya tentang pertumbuhan perusahaan dan kinerja perusahaan relatif terhadap pesaingnya.
Oleh:
Guntur Tri Hariyanto dan Roy Sembel
2 comments:
ada contoh penghitungan EV g?
trims
saya sudah jawab via email ya..
Post a Comment