PT Bakrieland Development Tbk merupakan salah satu perusahaan properti yang berada dalam Kelompok Usaha Bakrie. Bidang usaha perusahaan terutama dalam bidang properti dan infrastruktur yang terkait dengan properti. Dalam bidang usaha properti, perusahaan memfokuskan pada tiga area, yaitu: city property, landed residential, dan hotel & resort. Sedangkan dalam bidang usaha infrastruktur, perusahaan beroperasi dalam area jalan tol dan pengelolaan & distribusi air.
Pemegang saham perusahaan terbesar (24,38%) adalah Avenue Luxembourg Sarl sebuah perusahaan investasi yang merupakan bagian dari Avenue Capital Group, New York. Pemegang saham terbesar kedua adalah PT Bakrie Brothers Tbk (BNBR), dengan kepemilikan sebesar 11,19%, yang juga merupakan sebuah perusahaan investasi.
Kinerja Keuangan
Rerata pertumbuhan pendapatan perusahaan sejak tahun 2003 hingga tahun 2009 mencapai sebesar 74,03%. Pendapatan perusahaan pada tahun 2003 hanya sebesar Rp 38,12 miliar, kemudian pada tahun 2009 mencapai Rp 1,059 triliun. Pertumbuhan pendapatan perusahaan juga dibarengi dengan pertumbuhan aset dan ekuitasnya. Pada tahun 2003, aset dan ekuitas perusahaan masing-masing sebesar Rp 683,96 miliar dan Rp 477,11 miliar. Pada tahun 2009, aset dan ekuitas perusahaan telah menjelma menjadi masing-masing Rp 11,593 triliun dan Rp 4,642 triliun. Dengan CAGR untuk aset sebesar 60,27% dan ekuitas sebesar 46,11%.
Pertumbuhan ekuitas tertinggi terjadi pada tahun 2005 dan 2007, dengan masing-masing pertumbuhan sebesar 132% dan 213%. Peningkatan ekuitas ini sebagian besar disebabkan oleh aksi perusahaan yang melakukan penawaran saham umum terbatas pada tahun 2005 dan 2007. Sementara itu rasio hutang perusahaan yang diwakili oleh debt-to-asset ratio (DAR) mulai meningkat pada tahun 2008 hingga mencapai 45,92%. Kemudian meningkat kembali pada tahun 2009 hingga mencapai 59,95%. Peningkatan ini terjadi disebabkan perusahaan mengeluarkan Obligasi I dengan nilai dasar sebesar Rp 500 miliar (2008) dan Sukuk Ijarah I dengan nilai dasar sebesar Rp 150 miliar (2009).
Sejalan dengan pertumbuhan pendapatan, laba usaha perusahaan terus mengalami peningkatan secara nominal maupun persentase terhadap penjualan. Pada tahun 2003 laba usaha perusahaan hanya sebesar Rp 657 juta, sedangkan pada tahun 2009 mencapai lebih dari Rp 331 miliar. Sedangkan marjin laba usaha perusahaan (OPM) juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 OPM perusahaan hanya sebesar 1,72%, sedangkan pada tahun 2009 perusahaan mampu mencatatkan OPM sebesar 31,29%.
Sementara itu, laba bersih perusahaan juga cenderung meningkat secara nominal, walaupun cukup berfluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 laba bersih perusahaan tercatat sebesar Rp 202 miliar, sedangkan tahun 2009 hanya sebesar Rp 132 miliar. Marjin laba bersih perusahaan sejak tahun 2004 berfluktuasi antara 17%-26%, namun pada tahun 2009 hanya sebesar 12,49%. Di lain pihak, return on equity (ROE) perusahaan berada di kisaran 3%-8%, dan pada tahun 2009 ROE perusahaan hanya sebesar 2,85%.
Berfluktuasinya laba bersih perusahaan banyak disebabkan oleh akun penghasilan lain-lain perusahaan di luar penghasilan operasionalnya, seperti: 1) penghasilan bunga, 2) amortisasi selisih lebih nilai wajar terhadap harga perolehan anak perusahaan, 3) laba atas penjualan investasi anak perusahaan, 4) laba selisih kurs, dan 5) laba penjualan/penghapusan aset tetap. Pada tahun 2009, masing-masing akun tersebut memiliki nilai sebesar Rp 23,94 miliar, Rp 10,47 miliar, Rp 4,06 miliar, Rp 4,55 miliar, minus Rp 5,32 miliar, dan minus Rp 6,79 miliar.
Pada tahun 2009 perusahaan berhasil menyelesaikan beberapa pembangunan di beberapa kota, yaitu: Bakrie Tower dan Lifestyle Center di Rasuna Episentrum, Hotel Pullman Bali Legian Nirwana, dan jalan tol Kanci-Pejagan. Dengan diselesaikannya ruas tol Kanci-Pejadan pada bulan Desember 2009, perusahaan memiliki harapan bahwa ruas tol ini akan memberikan pendapatan yang berkelanjutan. Terlebih nilai investasi yang digelontorkan mencapai sekitar Rp 2,2 triliun.
Kinerja Saham
Harga saham penutupan perusahaan tertinggi pernah mencapai Rp 660 per lembar saham pada akhir Februari 2008. Secara umum, perbandingan rerata return terhadap volatilitas harga saham perusahaan relatif dibawah IHSG, baik untuk pasar sedang mengalami tren kenaikan harga maupun penurunan harga. Perbandingan harga saham perusahaan terhadap IHSG memiliki nilai tertinggi sepanjang periode Februari 2004 hingga Agustus 2005, dan kemudian tidak pernah mencapai kembali walaupun pada saat terjadi kenaikan kembali pada bulan Agustus 2008 hingga Maret 2009.
Risiko pasar (beta) perusahaan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2007, beta saham perusahaan berada di kisaran 1,6 – 1,9. Sementara itu persepsi pasar terhadap current performance sejak tahun 2005 berada di bawah rerata perusahaan lainnya, demikian pula untuk future growth opportunity perusahaan secara umum. Salam investasi!
Oleh:
Guntur Tri Hariyanto dan Roy Sembel
Oleh:
Guntur Tri Hariyanto dan Roy Sembel
0 comments:
Post a Comment