PT Intraco Penta Tbk: Menanti Kebangkitan Harga Batubara



Investor.co.id, Harso Kurniawan | Rabu, 2 Januari 2013 | 15:35

Penjualan alat berat domestik diperkirakan meningkat pada 2013, seiring ekspektasi membaiknya harga batubara dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Suku bunga kredit yang rendah dan melonjaknya realisasi investasi juga menjadi katalis kuat pertumbuhan penjualan alat berat.

SEBAGAI salah satu pemain alat berat domestik, PT Intraco Penta Tbk (INTA) diyakini dapat memanfaatkan peluang itu. Distributor alat berat merek Volvo, Bobcat, Ingersoll-Rand, SDLG, Mahindra, dan Sinotruk itu diprediksi mampu  menuai kinerja positif sepanjang tahun ini.

Berdasarkan kalkulasi PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), sepanjang 2011-2016, rata-rata pertumbuhan per tahun (CAGR) pendapatan Intraco diproyeksikan mencapai 15%. Hal itu tentunya dapat berdampak positif terhadap saham Intraco berkode INTA.

Guntur Tri Hariyanto, analis Pefindo, menyatakan, harga batubara tahun lalu anjlok hingga 40%. Hal itu dipicu perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Imbasnya, penjualan alat berat domestik merosot tajam.

Per September 2012, volume penjualan hanya mencapai 71% dari total penjualan selama 2011. Sampai akhir 2012, penjualan alat berat diperkirakan turun.

Selama ini, alat berat digunakan untuk menambang batubara. Ketika harga batubara merosot, perusahaan tambang batubara menurunkan volume produksi, sehingga permintaan alat berat berkurang. “Penurunan harga batubara dibarengi dengan depresiasi rupiah terhadap dolar AS. Sejak akhir Agustus 2012, nilai tukar rupiah mencapai Rp 9.500 per dolar AS,” tulis Guntur dalam laporan risetnya, belum lama ini.

Meski begitu, dia menyatakan, ekspektasi membaiknya perekonomian Eropa, AS, dan negara maju lainnya diharapkan mampu mengurangi tekanan terhadap harga batubara.  Nilai tukar rupiah pun diperkirakan menguat tahun ini.

Dia memperkirakan harga batubara naik moderat ke level US$ 100-105 per ton selama 2013. Sementara itu, nilai tukar rupiah diperkirakan menguat menjadi berkisar Rp 9.200-9.300 per dolar AS.

“Kami percaya kondisi tersebut akan mendorong penjualan alat berat pada 2013,” kata Guntur.

Di tengah tren penurunan industri pertambangan, Intraco mampu menghindari kemerosotan kinerja keuangan. Per September 2012, pendapatan stabil, yakni Rp 2,07 triliun. Namun, laba bersih anjlok 54% menjadi Rp 31 miliar, dibandingkan periode sama 2011 Rp 68 miliar.

Mempertimbangkan kinerja selama sembilan bulan 2012, Guntur perkirakan perseroan dapat membukukan total pendapatan sekitar Rp 3,05 triliun atau tumbuh 1,5% dari 2011 Rp 2,06 triliun.

Pendapatan Intraco masih bisa positif, karena dibantu segmen usaha penjualan suku cadang, pemeliharaan, dan pembiayaan alat berat. Segmen itu diperkirakan bertumbuh 10%, sedangkan pendapatan perdagangan alat berat ditaksir terpangkas 2%.

Selanjutnya pada 2013, Guntur menaksir pendapatan Intraco tumbuh 21% menjadi Rp 3,69 triliun. Laba bersih ditaksir melonjak 74% menjadi Rp 134 miliar.
Intraco Penta menargetkan penjualan alat berat pada 2012 mencapai 1.900 unit atau meningkat 20% dibandingkan 2011 sebanyak 1.585 unit.

Intraco menerapkan model bisnis yang terintegrasi. Perseroan merangsek ke bisnis yang ada kaitannya dengan alat berat. Saat ini, perseroan dan sejumlah anak perusahaannya bergerak di sektor pembiayaan (termasuk pembiayaan syariah) dan perdagangan alat berat, distribusi, sewa, manufaktur, kontraktor pertambangan, dan bisnis batubara.

Intraco Penta berniat mengakuisisi tambang batubara di Kalimantan Timur pada 2012. Perseroan telah membentuk anak usaha bidang tambang batubara, PT INTA Resources. Namun, rencana itu dibatalkan, menyusul amblesnya harga batubara.

Perseroan mengelola 44 jaringan distribusi yang tersebar di Indonesia dan mempekerjakan lebih dari 2.300 orang. Pada 2011, perseroan mencatat sejarah baru dengan mencetak pendapatan Rp 3 triliun dan aset Rp 3,7 triliun, tumbuh masing-masing 64% dan 129%.

“Di masa yang akan datang, kami berharap perseroan dapat terus tumbuh dengan laju yang baik, dengan didukung oleh model bisnis terintegrasi. Melalui strategi itu, Intraco dapat memberikan one stop business solution kepada pelanggannya,” kata Guntur.

Pefindo menetapkan target harga saham INTA berkisar Rp 520- ...
Baca selengkapnya di Investor Daily versi digital di http://www.investor.co.id/pages/investordailyku/paidsubscription.php

0 comments: