imq21.com, 30 Sep 2013 05:09 WIB
IMQ, Jakarta —
Ekonomi global masih dibayangi oleh melemahnya permintaan terutama dari pasar berkembang dan resesi Eropa yang berlarut-larut.
Perekonomian Indonesia, di sisi lain, mengalami kesulitan memenuhi target pertumbuhan tahun ini disebabkan melebarnya defisit neraca berjalan dan tingginya inflasi.
IMF telah merevisi turun proyeksi ekonomi global akibat melambatnya permintaan domestik dan kredit di pasar berkembang utama, seperti China dan India, berlarut-larut resesi di zona Eropa, dan kuatnya kontraksi fiskal di Amerika Serikat.
Pada saat yang sama, perekonomian Indonesia berjuang untuk tumbuh lebih dari 6% tahun ini, sebagai akibat dari melebarnya defisit transaksi berjalan, meskipun defisit impor minyak diperkirakan menurun dan neraca keuangan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif.
Selain itu, inflasi yang tinggi sekitar 8,9% pada Agustus 2013 akan diikuti oleh kenaikan suku bunga dan meningkatnya biaya tenaga kerja dan listrik akan memberikan tekanan pada profitabilitas.
Meskipun terjadi penyusutan permintaan di AS dan Eropa sekitar 70-75% ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT), Pefindo memperkirakan ekspor industri ini masih akan bertumbuh sekitar CAGR 9% selama 2009-2013. Terpuruknya tekstil Bangladesh juga akan menguntungkan ekspor TPT Indonesia.
Lebih lanjut, pemerintah telah menyalurkan sekitar Rp552 miliar sejak 2010 hingga semester pertama tahun ini untuk program revitalisasi mesin industri TPT dan industri alas kaki, sehingga Pefindo percaya akan meningkatkan daya saing dan output industri-industri tersebut.
Selain itu, permintaan properti residensial di Indonesia dengan jumlah 800.000 unit atau hampir dua kali lipat kapasitas pasokan pengembang. Diperkirakan bahwa properti komersial akan tumbuh 200% sepanjang 2011-2021 dengan total kontribusi properti Indonesia mencapai 2,5% pasar global.
Khusus untuk Jakarta, tahun ini mendapat predikat kota paling menguntungkan baik untuk investasi maupun pengembangan properti. Selain itu, tumbuhnya harga perubahan hige-end di Jakarta merupakan yang tertinggi di Asia Pasifik pada kuartal dua tahun ini.
Penjualan mobil domestik mencapai 1,1 juta unit pada 2012. Pasar ASEAN diperkirakan menjadi pasar otomotif terbesar kelima di dunia dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun sekitar 5,8%. Sejalan dengan perkembangan ini, pasar mobil Indonesia diperkirakan mencapai penjualan lebih dari dua juta unit per tahun pada 2019.
"Oleh karena itu, kami memperkirakan akan terdapat lebih banyak investasi di industri otomatis untuk melayani permintaan domestik," kata analis Pefindo Guntur Tri Hariyanto.
Pasar kimia global diperkirakan akan tumbuh sekitar 4-5% per tahun secara rata-rata sampai dengan 2015, dengan pasar Asia yang mengalami tingkat pertumbuhan paling cepat di sekitar 7%. Sementara itu, konsumsi bahan kimia Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara maju.
Industri kimia merupakan kontributor penting dalam penciptaan nilai tambah untuk industri berukuran besar dan menengah di Indonesia, dan diperkiraan tumbuh sekitar 6-7% per tahun.
Saat ini, PT Alkondi Naratama Tbk (ALDO) sedang mempersiapakan diri memenuhi meningkatnya permintaan dari Indorama pada 2014 mendatang dengan memperbesar kapasitas produksi papertube. Pada tahun ini, manajemen menargetkan peningkatan 5% dalam kapasitas produksi papertube, atau 1.000 ton kapasitas tambahan.
"Kami memperkirakan volume penjualan papertumbe akan menurun 3% pada tahun ini sebagai akibat dari pergeseran dan papertube tipe draw textured yarn ke tipe partially oriented yarn. Namun, kami memperkirakan nilai penjualan akan sedikit meningkat, yang menunjukkan nilai tambah dan struktur biaya yang lebih baik," paparnya.
Papertube ALDO sebagian besar diserap oleh industri benang polyester dan perusahaan pendukung otomotif, seperti perusahaan ban dan jok mobil. Selain papertube, ALDo memiliki bisnis papercore yang secara luas digunakan di industri kemasan fleksibel, terutama kemasan makanan ringan.
Pendapatan papercore tumbuh 35% pada tahun lalu dan diperkirakan bisa tumbuh lebih dari 50% tahun ini, sekalan dengan investasi yang lebih besar untuk peningkatan kapasitas produksi di tahun-tahun sebelumnya.
Tahun ini, ALDO berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi papercore sekitar 31% menjadi 6.800 ton. Perusahaan juga bermaksud terlibat dalam produksi filmcore, yang digunakan untuk kemasan fleksibel, namun memiliki aplikasi yang luas termasuk untuk kertas, kain, dan kertas timah.
ALDO telah berhasil menjadikan Indopoly dan Indofood sebagai pelanggan filmcore.
"Kami memperkirakan bahwa pendapatan papercore akan tumbuh 44% CAGR 2011-2014 dan kontribusinya terhadap total pendapatan akan terus naik menjadi 11% pada tahun depan," urainya.
ALDO juga memiliki bisnis honeycomb, terbuat dari karton berbentuk seperti sarang lebah dengan struktur heksagonal yang memiliki berbagai kualitas unggul seperti lebih kuat, lebih tingan, dan serbaguna. Honeycomb dapat digunakan untuk perabotan, pintu, partisi, kemasan, dan palet kertas.
Saat ini, ALDo merencanakan untuk memasang mesin honeycomb yang lebih terintegrasi pada 2014. Diharapkan dapat mengurangi sampah serta memiliki efisiensi dan keluaran yang lebih tinggi. Untuk tahun ini, rencanana meningkatkan kapasitas produksi menjadi 4.000 ton dari 3.500 ton pada 2012.
"Walaupun demikian, kami memperkirakan pendapatan honeycomb tahun ini akan cenderung sama dengan tahun lalu dan kontribusinya terhadap total pendapatan akan berada di sekitar 5%," kata dia.
Sementara produk 'edge protector' atau produk pendukung hanya berkontribusi kecil terhadap total pendapatan.
Meskipun kondisi ekonomi sedang meredup, Pefindo tetap optimis tentang prospek ALDO dengan mempertimbangkan kuatnya segmen kelas menengah di Indonesia yang terus berkembang, gencarnya pembangunan infrastruktur, dan meningkatnya investasi asing.
Pada semester pertama tahun ini, pertumbuhan perusahaan didukung oleh papercore 56% dan bahan kimia 45%. Mengingat papercore dan bahan kimia kemungkinan terus memberikan pertumbuahn yang kuat dan prospek lainnya tetap positif, maka kinerja perusahaan diperkirakan terus meningkat.
"Oleh karena itu, kami memperkirakan ALDO akan membukukan pendapatan sekitar Rp338 miliar pada tahun ini dan akan terus mencatat pertumbuhan yang positif dengan CAGR sekitar 16% untuk 2010-2014," ujarnya.
"Dengan melihat meningkatnya permintaan bahan kimia seiring dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi negara ini yang stabil, kami menilai segmen kimia ALDO memiliki prospek yang menjanjikan," terangnya.
Untuk memperkaya portofolio produknya, ALDO berencana melakukan diversifikasi produk ke kimia non tekstil.
Pefindo memperkirakan tingkat utang ALDO akan melanjutkan tren penurunannya sejalan dengan EBITDA yang lebih kuat dari tahun ke tahun. Pada 2012, rasio modal terhadap utang meningkat menjadi 0,8 kali dibandingkan 0,4 kali pada 2010.
"Namun kami memperkirakan rasio menguat ke 0,9 kali pada tahun ini dan target harga Rp750-890," tuturnya.
Perekonomian Indonesia, di sisi lain, mengalami kesulitan memenuhi target pertumbuhan tahun ini disebabkan melebarnya defisit neraca berjalan dan tingginya inflasi.
IMF telah merevisi turun proyeksi ekonomi global akibat melambatnya permintaan domestik dan kredit di pasar berkembang utama, seperti China dan India, berlarut-larut resesi di zona Eropa, dan kuatnya kontraksi fiskal di Amerika Serikat.
Pada saat yang sama, perekonomian Indonesia berjuang untuk tumbuh lebih dari 6% tahun ini, sebagai akibat dari melebarnya defisit transaksi berjalan, meskipun defisit impor minyak diperkirakan menurun dan neraca keuangan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif.
Selain itu, inflasi yang tinggi sekitar 8,9% pada Agustus 2013 akan diikuti oleh kenaikan suku bunga dan meningkatnya biaya tenaga kerja dan listrik akan memberikan tekanan pada profitabilitas.
Meskipun terjadi penyusutan permintaan di AS dan Eropa sekitar 70-75% ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT), Pefindo memperkirakan ekspor industri ini masih akan bertumbuh sekitar CAGR 9% selama 2009-2013. Terpuruknya tekstil Bangladesh juga akan menguntungkan ekspor TPT Indonesia.
Lebih lanjut, pemerintah telah menyalurkan sekitar Rp552 miliar sejak 2010 hingga semester pertama tahun ini untuk program revitalisasi mesin industri TPT dan industri alas kaki, sehingga Pefindo percaya akan meningkatkan daya saing dan output industri-industri tersebut.
Selain itu, permintaan properti residensial di Indonesia dengan jumlah 800.000 unit atau hampir dua kali lipat kapasitas pasokan pengembang. Diperkirakan bahwa properti komersial akan tumbuh 200% sepanjang 2011-2021 dengan total kontribusi properti Indonesia mencapai 2,5% pasar global.
Khusus untuk Jakarta, tahun ini mendapat predikat kota paling menguntungkan baik untuk investasi maupun pengembangan properti. Selain itu, tumbuhnya harga perubahan hige-end di Jakarta merupakan yang tertinggi di Asia Pasifik pada kuartal dua tahun ini.
Penjualan mobil domestik mencapai 1,1 juta unit pada 2012. Pasar ASEAN diperkirakan menjadi pasar otomotif terbesar kelima di dunia dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun sekitar 5,8%. Sejalan dengan perkembangan ini, pasar mobil Indonesia diperkirakan mencapai penjualan lebih dari dua juta unit per tahun pada 2019.
"Oleh karena itu, kami memperkirakan akan terdapat lebih banyak investasi di industri otomatis untuk melayani permintaan domestik," kata analis Pefindo Guntur Tri Hariyanto.
Pasar kimia global diperkirakan akan tumbuh sekitar 4-5% per tahun secara rata-rata sampai dengan 2015, dengan pasar Asia yang mengalami tingkat pertumbuhan paling cepat di sekitar 7%. Sementara itu, konsumsi bahan kimia Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara maju.
Industri kimia merupakan kontributor penting dalam penciptaan nilai tambah untuk industri berukuran besar dan menengah di Indonesia, dan diperkiraan tumbuh sekitar 6-7% per tahun.
Saat ini, PT Alkondi Naratama Tbk (ALDO) sedang mempersiapakan diri memenuhi meningkatnya permintaan dari Indorama pada 2014 mendatang dengan memperbesar kapasitas produksi papertube. Pada tahun ini, manajemen menargetkan peningkatan 5% dalam kapasitas produksi papertube, atau 1.000 ton kapasitas tambahan.
"Kami memperkirakan volume penjualan papertumbe akan menurun 3% pada tahun ini sebagai akibat dari pergeseran dan papertube tipe draw textured yarn ke tipe partially oriented yarn. Namun, kami memperkirakan nilai penjualan akan sedikit meningkat, yang menunjukkan nilai tambah dan struktur biaya yang lebih baik," paparnya.
Papertube ALDO sebagian besar diserap oleh industri benang polyester dan perusahaan pendukung otomotif, seperti perusahaan ban dan jok mobil. Selain papertube, ALDo memiliki bisnis papercore yang secara luas digunakan di industri kemasan fleksibel, terutama kemasan makanan ringan.
Pendapatan papercore tumbuh 35% pada tahun lalu dan diperkirakan bisa tumbuh lebih dari 50% tahun ini, sekalan dengan investasi yang lebih besar untuk peningkatan kapasitas produksi di tahun-tahun sebelumnya.
Tahun ini, ALDO berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi papercore sekitar 31% menjadi 6.800 ton. Perusahaan juga bermaksud terlibat dalam produksi filmcore, yang digunakan untuk kemasan fleksibel, namun memiliki aplikasi yang luas termasuk untuk kertas, kain, dan kertas timah.
ALDO telah berhasil menjadikan Indopoly dan Indofood sebagai pelanggan filmcore.
"Kami memperkirakan bahwa pendapatan papercore akan tumbuh 44% CAGR 2011-2014 dan kontribusinya terhadap total pendapatan akan terus naik menjadi 11% pada tahun depan," urainya.
ALDO juga memiliki bisnis honeycomb, terbuat dari karton berbentuk seperti sarang lebah dengan struktur heksagonal yang memiliki berbagai kualitas unggul seperti lebih kuat, lebih tingan, dan serbaguna. Honeycomb dapat digunakan untuk perabotan, pintu, partisi, kemasan, dan palet kertas.
Saat ini, ALDo merencanakan untuk memasang mesin honeycomb yang lebih terintegrasi pada 2014. Diharapkan dapat mengurangi sampah serta memiliki efisiensi dan keluaran yang lebih tinggi. Untuk tahun ini, rencanana meningkatkan kapasitas produksi menjadi 4.000 ton dari 3.500 ton pada 2012.
"Walaupun demikian, kami memperkirakan pendapatan honeycomb tahun ini akan cenderung sama dengan tahun lalu dan kontribusinya terhadap total pendapatan akan berada di sekitar 5%," kata dia.
Sementara produk 'edge protector' atau produk pendukung hanya berkontribusi kecil terhadap total pendapatan.
Meskipun kondisi ekonomi sedang meredup, Pefindo tetap optimis tentang prospek ALDO dengan mempertimbangkan kuatnya segmen kelas menengah di Indonesia yang terus berkembang, gencarnya pembangunan infrastruktur, dan meningkatnya investasi asing.
Pada semester pertama tahun ini, pertumbuhan perusahaan didukung oleh papercore 56% dan bahan kimia 45%. Mengingat papercore dan bahan kimia kemungkinan terus memberikan pertumbuahn yang kuat dan prospek lainnya tetap positif, maka kinerja perusahaan diperkirakan terus meningkat.
"Oleh karena itu, kami memperkirakan ALDO akan membukukan pendapatan sekitar Rp338 miliar pada tahun ini dan akan terus mencatat pertumbuhan yang positif dengan CAGR sekitar 16% untuk 2010-2014," ujarnya.
"Dengan melihat meningkatnya permintaan bahan kimia seiring dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi negara ini yang stabil, kami menilai segmen kimia ALDO memiliki prospek yang menjanjikan," terangnya.
Untuk memperkaya portofolio produknya, ALDO berencana melakukan diversifikasi produk ke kimia non tekstil.
Pefindo memperkirakan tingkat utang ALDO akan melanjutkan tren penurunannya sejalan dengan EBITDA yang lebih kuat dari tahun ke tahun. Pada 2012, rasio modal terhadap utang meningkat menjadi 0,8 kali dibandingkan 0,4 kali pada 2010.
"Namun kami memperkirakan rasio menguat ke 0,9 kali pada tahun ini dan target harga Rp750-890," tuturnya.
Author: Susan Silaban
0 comments:
Post a Comment