Ekonomi Indonesia di kuartal II 2014 tumbuh terendah dalam hampir lima tahun terakhir, hanya 5,12% yoy. Dalam dua tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung terus menurun. Penurunan nilai eskpor ekspor seiring dengan melemahnya pasar global dan pelarangan ekspor mineral bahan baku mentah sejalan dengan kebijakan hilirasi industri pertambangan, merupakan salah satu penyebab utamanya. Di lain pihak, impor bahan bakar minyak membengkak seiring dengan melambungnya konsumsi di dalam negeri, sementara produksi minyak terus turun.
Kebijakan pengetatan moneter oleh Bank Indonesia terutama melalui kenaikan suku bunga dan pengetatan penyaluran kredit, serta meningkatnya ketidakpastian politik sejalan dengan diselenggarakannya pemilihan umum, memberikan dampak pada menurunnya aktivitas bisnis secara nyata. Pemerintah bahkan juga melakukan pengetatan fiskal melalui pengurangan belanja negara, meskipun selama 8 tahun terakhir penyerapan anggaran masih kurang efektif, dengan sisa lebih anggaran yang cukup besar tiap tahunnya.
Di lain pihak, kondisi perekonomian global juga masih cukup rapuh meskipun mulai menunjukkan perbaikan. Meskipun AS dan UK mulai menunjukkan perbaikan ekonomi, tetapi sebagian besar negara maju masih berjuang untuk kembali meningkatkan aktivitas ekonominya. Di Tiongkok, meski ekspor membaik, tetapi konsumsi domestik masih cukup lemah. Sementara Jepang mengalami kontraksi setelah peningkatan pajak penjualan.
Perkembangan nilai beli asing bersih dan kapitalisasi IHSG
Optimisme di Pasar Modal
Meski sepertinya banyak tantangan bagi ekonomi Indonesia di tahun ini, investasi asing bersih yang masuk ke pasar saham sampai akhir Juli 2014 telah mencapai lebih dari Rp55 triliun. Pada tahun ini, meskipun kebijakan tapering off The Fed AS benar-benar dilakukan sejak awal tahun, suku bunga acuan BI telah naik menjadi 7,5%, dan berlangsungnya pesta politik, IHSG tumbuh hampir mencapai 20% ytd di akhir Juli 2014.
Setelah pengumuman pemenang pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), IHSG terus diperdagangkan di atas 5.000, meskipun keputusan final masih harus menunggu persidangan di Mahkamah Konstitusi (MK). Harapan kepada Pemerintah baru yang akan melakukan reformasi ekonomi yang lebih terstruktur, masih menjaga optimisme hingga saat ini.
Perkembangan positif juga ditunjukkan di pasar obligasi. Hingga semester I-2014, volume perdagangan obligasi pemerintah naik 44% yoy. Bahkan minat investor asing terhadap surat utang pemerintah Indonesia terus meningkat. Di awal Agustus, rasio kepemilikan asing mencatatkan rekor tertinggi mencapai 37%.
Mendorong Pertumbuhan
Optimisme yang terefleksi di pasar modal, diharapkan dapat terwujud melalui program-progam nyata penguatan ekonomi domestik oleh Pemerintah baru. Dalam upaya penguatan ekonomi, belajar dari kasus Argentina dan Italia, paling tidak Pemerintah perlu memberikan perhatian pada pemberantasan korupsi, kepastian politik, kepastian hukum, dan penguatan sistem keuangan.
Lebih lanjut, tiga hal utama yang menurut kami perlu mendapat perhatian segera oleh Pemerintah baru untuk mendorong pertumbuhan adalah i) pengurangan subsidi energi, ii) intensifikasi pembangunan infrastruktur, dan iii) peningkatan investasi. Dengan subsidi energi sudah terlalu tinggi, mencapai 18% APBN, ketergantungan terhadap konsumsi minyak perlu dikurangi, dan diversifikasi kepada sumber energi lainnya yang lebih murah.
Intensifikasi pembangunan infrastruktur seperti jalan, pembangkit listrik, pelabuhan, bandara, dan rel kereta, sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan. Konektivitas antar wilayah di Indonesia menjadi sangat penting untuk menstimulus ekonomi. Untuk hal ini realisasi program Masterplan Percepatan Perluasan perlu dipercepat. Masuknya Indonesia sebagai 10 besar ekonomi dunia, dapat dimanfaatkan untuk mendorong peran investasi bagi pertumbuhan. Untuk hal ini, kondusivitas iklim investasi dan iklim bisnis dalam negeri perlu ditingkatkan.
Perkembangan pasar modal sangat berhubungan dengan fundamental perekonomian Indonesia. Secara resiprokal, pasar modal yang maju, tentunya juga akan memberikan kontribusi yang positif bagi perekonomian. Saat ini IHSG terus berusaha mencatatkan rekor tertingginya sepanjang sejarah dan kami perkirakan hingga akhir tahun dapat menembus 5.300. Bahkan, bukan tidak mungkin IHSG akan terus terbang lebih tinggi bila fundamental ekonomi Indonesia menjadi semakin kuat.
Ekonomi Indonesia di kuartal II 2014 tumbuh terendah dalam hampir lima tahun terakhir, hanya 5,12% yoy. Dalam dua tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung terus menurun. Penurunan nilai eskpor ekspor seiring dengan melemahnya pasar global dan pelarangan ekspor mineral bahan baku mentah sejalan dengan kebijakan hilirasi industri pertambangan, merupakan salah satu penyebab utamanya. Di lain pihak, impor bahan bakar minyak membengkak seiring dengan melambungnya konsumsi di dalam negeri, sementara produksi minyak terus turun.
Kebijakan pengetatan moneter oleh Bank Indonesia terutama melalui kenaikan suku bunga dan pengetatan penyaluran kredit, serta meningkatnya ketidakpastian politik sejalan dengan diselenggarakannya pemilihan umum, memberikan dampak pada menurunnya aktivitas bisnis secara nyata. Pemerintah bahkan juga melakukan pengetatan fiskal melalui pengurangan belanja negara, meskipun selama 8 tahun terakhir penyerapan anggaran masih kurang efektif, dengan sisa lebih anggaran yang cukup besar tiap tahunnya.
Di lain pihak, kondisi perekonomian global juga masih cukup rapuh meskipun mulai menunjukkan perbaikan. Meskipun AS dan UK mulai menunjukkan perbaikan ekonomi, tetapi sebagian besar negara maju masih berjuang untuk kembali meningkatkan aktivitas ekonominya. Di Tiongkok, meski ekspor membaik, tetapi konsumsi domestik masih cukup lemah. Sementara Jepang mengalami kontraksi setelah peningkatan pajak penjualan.
Optimisme di Pasar Modal
Meski sepertinya banyak tantangan bagi ekonomi Indonesia di tahun ini, investasi asing bersih yang masuk ke pasar saham sampai akhir Juli 2014 telah mencapai lebih dari Rp55 triliun. Pada tahun ini, meskipun kebijakan tapering off The Fed AS benar-benar dilakukan sejak awal tahun, suku bunga acuan BI telah naik menjadi 7,5%, dan berlangsungnya pesta politik, IHSG tumbuh hampir mencapai 20% ytd di akhir Juli 2014.
Setelah pengumuman pemenang pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), IHSG terus diperdagangkan di atas 5.000, meskipun keputusan final masih harus menunggu persidangan di Mahkamah Konstitusi (MK). Harapan kepada Pemerintah baru yang akan melakukan reformasi ekonomi yang lebih terstruktur, masih menjaga optimisme hingga saat ini.
Perkembangan positif juga ditunjukkan di pasar obligasi. Hingga semester I-2014, volume perdagangan obligasi pemerintah naik 44% yoy. Bahkan minat investor asing terhadap surat utang pemerintah Indonesia terus meningkat. Di awal Agustus, rasio kepemilikan asing mencatatkan rekor tertinggi mencapai 37%.
Mendorong Pertumbuhan
Optimisme yang terefleksi di pasar modal, diharapkan dapat terwujud melalui program-progam nyata penguatan ekonomi domestik oleh Pemerintah baru. Dalam upaya penguatan ekonomi, belajar dari kasus Argentina dan Italia, paling tidak Pemerintah perlu memberikan perhatian pada pemberantasan korupsi, kepastian politik, kepastian hukum, dan penguatan sistem keuangan.
Lebih lanjut, tiga hal utama yang menurut kami perlu mendapat perhatian segera oleh Pemerintah baru untuk mendorong pertumbuhan adalah i) pengurangan subsidi energi, ii) intensifikasi pembangunan infrastruktur, dan iii) peningkatan investasi. Dengan subsidi energi sudah terlalu tinggi, mencapai 18% APBN, ketergantungan terhadap konsumsi minyak perlu dikurangi, dan diversifikasi kepada sumber energi lainnya yang lebih murah.
Intensifikasi pembangunan infrastruktur seperti jalan, pembangkit listrik, pelabuhan, bandara, dan rel kereta, sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan. Konektivitas antar wilayah di Indonesia menjadi sangat penting untuk menstimulus ekonomi. Untuk hal ini realisasi program Masterplan Percepatan Perluasan perlu dipercepat. Masuknya Indonesia sebagai 10 besar ekonomi dunia, dapat dimanfaatkan untuk mendorong peran investasi bagi pertumbuhan. Untuk hal ini, kondusivitas iklim investasi dan iklim bisnis dalam negeri perlu ditingkatkan.
Perkembangan pasar modal sangat berhubungan dengan fundamental perekonomian Indonesia. Secara resiprokal, pasar modal yang maju, tentunya juga akan memberikan kontribusi yang positif bagi perekonomian. Saat ini IHSG terus berusaha mencatatkan rekor tertingginya sepanjang sejarah dan kami perkirakan hingga akhir tahun dapat menembus 5.300. Bahkan, bukan tidak mungkin IHSG akan terus terbang lebih tinggi bila fundamental ekonomi Indonesia menjadi semakin kuat.
Guntur Tri Hariyanto, CSA
PEFINDO Newsletter, Agustus 2014
0 comments:
Post a Comment