Selama sepuluh tahun sejak krisis multidimensi 1998, pasar saham Indonesia mengalami perkembangan yang menarik untuk dicermati. Setelah mencapai titik terendah di 255 pada Bulan September 1998, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik secara pesat ke level tertinggi 2830 (intrahari mencapai tertinggi 2838) pada minggu kedua Januari 2008. Krisis finansial global memaksa koreksi IHSG ke level terendah di tahun 2008, yaitu 1111, sebelum akhirnya kembali ke level 1355 di akhir tahun 2008. Jadi sejak level terendahnya di tahun 1998, IHSG telah bertumbuh (Compound Annual Growth Rate) sebesar 17,9% per tahun.
Pasar modal, khususnya pasar saham telah menjadi lahan investasi yang tidak bisa diabaikan. Total nilai kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) saat IHSG pada akhir tahun 2008 telah mencapai sekitar 25% dari Produk Domestik Brutto (PDB) Indonesia di tahun 2008. Bahkan, saat IHSG mencapai titik tertinggi di bulan Januari 2008, nilai kapitalisasi pasar saham BEI telah mencapai sekitar Rp 2000 trilyun (sudah sempat melampaui total dana pihak ketiga yang ada di perbankan Indonesia).
Volatilitas jangka pendek dari harga saham di bursa efek kembali mengingatkan investor untuk berpikir jangka panjang dalam berinvestasi saham. Untuk mendukung keputusan investasi jangka panjang, diperlukan informasi komprehensif tentang kinerja jangka panjang dari emiten di BEI. Dalam konteks ini, Majalah Investor telah berkontribusi signifikan dengan melakukan penilaian tahunan terhadap emiten-emiten di BEI (100 Emiten Terbaik), dan hasilnya dipublikasikan tiap tahun dalam edisi 100 Emiten Terbaik.
Aktivitas penilaian kinerja tahunan 100 Emiten terbaik dari Majalah Investor sejalan dengan riset kami (CAPITAL MARKET Trends 2008/2009) di CAPITAL PRICE. Analisis dalam tulisan ini sebagian besar disarikan dari hasil riset tersebut, yang pada intinya berisi analisis terhadap kinerja finansial (laporan keuangan dan pergerakan harga saham di bursa saham) jangka panjang 82 emiten yang mewakili sektor non keuangan di BEI selama periode 2002-2008.
Pertumbuhan Tahunan Aset dan Ekuitas
Pertumbuhan aset dan ekuitas dari gabungan sampel 82 perusahaan setiap tahun dan perbandingannya dengan pertumbuhan sales ditunjukkan oleh Gambar 1. Sepanjang tahun 2003-2007 pertumbuhan total ekuitas konsisten lebih tinggi dibandingkan total aset, walaupun pada tahun 2006 dan 2007 pertumbuhan keduanya cenderung seimbang.
Pada tahun 2004 terjadi kesenjangan (gap) yang cukup besar antara pertumbuhan total aset dan pertumbuhan total ekuitas yang dapat dijadikan spotlight tersendiri. Terjadinya kondisi ini dipicu oleh pertumbuhan sales yang signifikan, mencapai hampir 25% year-on-year (yoy). Kesenjangan pertumbuhan total ekuitas tersebut mulai berkurang pada tahun 2005, seiring dengan menurunnya pertumbuhan sales. Sejak tahun 2003 hingga tahun 2005 pertumbuhan sales komposit perusahaan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan total aset, namun kemudian pada tahun 2006 dan 2007 pertumbuhan sales lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total aset. Sedangkan pertumbuhan sales komposit perusahaan cenderung lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total ekuitas, kecuali pada tahun 2006.
Pada tahun 2007 pertumbuhan total aset, total ekuitas dan sales mencapai kinerja tertingginya, yaitu pada kisaran 25%. IHSG juga mencatatkan rekor tertinggi pada tahun 2007 hingga mencapai level 2.745,8; dengan pertumbuhan nilai transaksi 58,9% yoy.
Pertumbuhan Ekuitas vs Pertumbuhan Aset
Analisis hubungan pertumbuhan ekuitas terhadap pertumbuhan aset akan dibahas lebih rinci terutama terkait dengan pola hubungan jangka panjang. Seperti yang ditampilkan pada Gambar 2, terlihat adanya pola hubungan antara pertumbuhan total ekuitas dengan total aset. Tanpa memperhitungkan tahun 2005, pertumbuhan total ekuitas memiliki hubungan yang tidak linier tetapi cenderung kuadratik dengan pertumbuhan total aset. Garis hubungan antara keduanya dapat digunakan untuk mendeteksi hadirnya anomali pada tahun tertentu relatif terhadap tahun lainnya dalam periode pengamatan.
Keberadaan tahun 2005 di luar dari garis hubungan tersebut (Gambar 2) menunjukkan kepada para investor dan pengambil keputusan finansial adanya anomali pada tahun tersebut. Seperti yang diketahui, pada tahun 2005 terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak dan peningkatan inflasi yang tinggi sehingga memberikan tekanan yang besar pada pertumbuhan perusahaan. Ini salah satu temuan penting bagi investor jangka panjang.
Gambar 1. Pertumbuhan Tahunan Aset dan Ekuitas Komposit 82 Perusahaan dan Perbandingannya dengan Pertumbuhan Tahunan Penjualan
Gambar 2. Hubungan antara Pertumbuhan Total Ekuitas dengan Pertumbuhan Total Aset
Gambar 3. Hubungan antara Pertumbuhan Total Aset dengan Pertumbuhan Penjualan
Gambar 4. Hubungan antara Pertumbuhan Total Ekuitas dengan Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan Aset vs Pertumbuhan Penjualan
Pada Gambar 3 ditunjukkan hubungan antara pertumbuhan total aset dan pertumbuhan sales. Tanpa memperhitungkan tahun 2006 dan 2007, pertumbuhan total aset memiliki hubungan yang linier positif terhadap pertumbuhan sales, dengan pertumbuhan sales lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan total aset. Secara rata-rata (tanpa tahun 2006 dan 2007) rasio antara pertumbuhan sales dengan pertumbuhan aset berada di nilai 2,30. Artinya, jika total aset tumbuh 1%, maka sales tumbuh 2,30%, atau sebaliknya. Pada tahun 2006 dan 2007 pertumbuhan sales menjadi lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total aset.
Seperti yang terlihat pada Gambar 1, pada tahun 2006 terjadi penurunan pertumbuhan sales yang cukup tajam, dibandingkan dua tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2007 pertumbuhan sales mencapai yang tertinggi di antara periode pengamatan, demikian pula terjadinya keseimbangan antara pertumbuhan total aset, total ekuitas, dan sales. Dapat disimpulkan bahwa tahun 2007 adalah tahun terbaik dalam kinerja perusahaan terutama jika dilihat dari sisi pertumbuhannya.
Pertumbuhan Ekuitas vs Pertumbuhan Penjualan
Hubungan antara pertumbuhan total ekuitas dengan pertumbuhan sales juga berbentuk kuadratik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Tahun 2007 ternyata terletak di daerah puncak garis parabola hubungan antara pertumbuhan total ekuitas dan pertumbuhan sales. Sedikit mengupas kondisi pasar, tahun 2007 dapat dikatakan sebagai flying high-nya IHSG yang mencapai rekor tertinggi pada level 2.745,90, dan year-on-year return hingga mencapai 52,1%. Tampaknya ada hubungan antara letak tahun 2007 di puncak garis parabola pada Gambar 4 dan sangat baiknya kinerja pasar pada saat itu. Riset lanjutan terhadap data ini mengungkapkan gambaran bahwa tahun 2007 juga terjadi ekspektasi yang berlebihan terhadap prospek pertumbuhan masa depan perusahaan-perusahaan.
Situasi tersebut sangat pas bila dihubungkan dengan konsekuensi logisnya yang menjadi kenyataan, yaitu pada tahun 2008 terjadi penurunan besar-besaran kinerja pasar perusahaan-perusahaan, dan menciptakan kerugian yang luar biasa bagi para investor.
Sektor Finansial
Kinerja bank umum di Indonesia berdasarkan pertumbuhan DPK (dana pihak ketiga), kredit, dan NII (net interest income) ternyata menunjukkan pola yang hampir sama dengan kinerja komposit 82 emiten yang dianalisis oleh CAPITAL PRICE, yaitu dengan kinerja pertumbuhan sales dan profit komposit perusahaan, terutama bila dibandingkan antara pertumbuhan NII bank umum dengan pertumbuhan net income komposit perusahaan. NII bank umum pada tahun 2003 dan 2005 mengalami pertumbuhan yang negatif, demikian pula pertumbuhan net income komposit perusahaan. Pada tahun 2004 pertumbuhan NII bank umum mencapai nilai tertinggi, demikian pula pertumbuhan net income komposit perusahaan. Namun pada tahun 2007 NII bank umum mengalami penurunan pertumbuhan, sebaliknya net income komposit perusahaan mengalami lonjakan pertumbuhan. Kondisi ini memberikan gambaran kinerja sektor perbankan pada tahun 2007 tidak mengikuti kinerja sektor non finansial yang cemerlang.
Pada tahun 2006 terjadi penurunan pertumbuhan DPK dan penurunan pertumbuhan kredit yang disalurkan bank-bank, dan sepertinya memberikan dampak pada turunnya kinerja pertumbuhan perusahaan-perusahaan pada tahun 2006. Kemudian pada tahun 2007 terjadi peningkatan pertumbuhan DPK dan pertumbuhan kredit bank-bank, dan membawa dampak pada membaiknya kinerja pertumbuhan perusahaan-perusahaan.
Sementara itu total aset keseluruhan perusahaan pembiayaan sepanjang tahun 2006 dan 2007 juga terus bertumbuh, yaitu sebesar 12,81% dan 16,87%. Laba tahun berjalan perusahaan pembiayaan mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2006 (-10,04%), walau kemudian pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan positif sebesar 39,79%.
Menarik untuk juga dicermati adalah adanya perubahan portofolio investasi yang dikelola oleh dana pensiun. Pada tahun 2002 porsi portofolio investasi dana pensiun hingga hampir 70% dialokasikan ke dalam deposito, sisanya diinvestasikan ke dalam obligasi korporasi. Sejak diterbitkannya obligasi pemerintah (surat utang negara), porsi deposito semakin menurun. Pada tahun 2003 porsi deposito menjadi sekitar 56%, setelah itu sejak tahun 2004 berada di kisaran 30%. Seiring dengan penurunan porsi deposito, porsi obligasi korporasi dan obligasi pemerintah juga semakin meningkat, hingga masing-masing mencapai di atas 20%. Fenomena pergeseran alokasi investasi tersebut kembali mendukung trend semakin meningkatnya peran pasar modal sebagai wadah investasi bagi para investor.
Gambar 5. Pertumbuhan Tahunan Dana Pihak Ketiga, Kredit, dan Net Interest Income Bank Umum
Gambar 6. Pertumbuhan Tahunan Penjualan dan Profitabilitas Komposit 82 Perusahaan
Penutup
Peralihan tahun 2008/2009 ditandai dengan memburuknya dampak krisis finansial dunia. BEI, sebagai bagian dari sistem pasar finansial yang semakin mengglobal, tidak imun terhadap krisis tersebut. Berdasarkan hasil riset yang telah dipaparkan dalam tulisan ini, koreksi 2008 memang perlu terjadi untuk mengembalikan BEI ke trajektori normal jangka panjangnya. Oleh karena itu, kami yakin bahwa prospek jangka panjang investasi saham di BEI akan kembali ke level normalnya, yaitu memberikan rata-rata return tahunan yang normal sebesar 15%-20%. Selamat berinvestasi saham di BEI dengan menggunakan horison investasi jangka panjang.
Oleh:
Roy Sembel, Guntur Tri Hariyanto, dan Perdana Wahyu Santosa
0 comments:
Post a Comment