Tidak sedikit orang yang merasa takut untuk menginvestasikan sebagian kekayaannya. Hal ini terutama biasanya disebabkan oleh ketidakpahaman tentang berbagai hal fundamental mengenai investasi itu sendiri. Terlebih banyak berita yang mengungkapkan sisi negatif dari dunia investasi. Seperti penipuan oleh beberapa lembaga pengelolaan dana masyarakat yang berkedok investasi, yang mengiming-imingi tingkat pengembalian tinggi dalam waktu cepat.
Sebagian orang beranggapan bahwa mereka telah melakukan investasi walau sebenarnya hanya menabung. Ada perbedaan antara keduanya. Menabung sesungguhnya lebih kepada penundaan penggunaan uang saat ini untuk digunakan di masa depan. Sedangkan investasi memiliki tujuan untuk menghasilkan peningkatan kesejahteraan dengan mengakumulasikan kekayaan yang dimiliki investor. Bahasa lainnya adalah bagaimana membuat uang bekerja bagi kita dan kemudian menghasilkan pendapatan sesuai yang diharapkan berdasarkan risiko yang ditanggung.
Pemilihan Aset Investasi
Pemahaman akan klasifikasi aset-aset investasi akan berguna bagi investor dalam pemilihan aset-aset investasinya. Klasifikasi aset investasi biasanya didasarkan pada profil risiko dan potensial return (imbal hasil) suatu aset. Tabel 1 memberikan contoh-contoh aset investasi beserta profil risk-return aset tersebut.
Tabel 1. Profil Risk-Return Aset Investasi
Sumber: Modifikasi dari Sembel dan Sugiarto (2009), CAPITAL PRICE
Beberapa hal yang sebaiknya juga diperhatikan oleh investor sebelum melakukan pemilihan aset dan kemudian melakukan investasi adalah:
- Tetapkan tujuan investasi dan horison waktu investasi. Tujuan investasi menjadi dasar semua kegiatan investasi yang dilakukan.
- Menentukan tingkat toleransi risiko. Sebaiknya toleransi risiko disesuaikan dengan kondisi investor, seperti umur dan horison waktu investasi.
- Mempersiapkan dana investasi. Dana investasi sebaiknya dana yang memang telah dialokasikan khusus, sehingga tidak mengganggu dana untuk alokasi pemenuhan kebutuhan pengeluaran, seperti biaya sekolah dan dana emergensi.
- Penilaian diri atas pemahaman tentang dunia investasi . Ini mengikuti Bapak Warren Buffet, yaitu berinvestasilah pada sesuatu yang memang dipahami.
- Kemampuan dalam akses informasi. Dunia investasi adalah dunia yang sangat dinamis, dimana akses informasi yang memadai akan menjadi penting dalam pemantauan perkembangan aset-aset investasi.
Pembentukan Portofolio
Dalam berinvestasi sangat disarankan bagi investor untuk membentuk portofolio. Portofolio adalah kumpulan aset-aset yang telah didiversifikasi dengan bermacam klasifikasi aset. Diversifikasi akan mereduksi risiko naik-turunnya nilai keseluruhan investasi secara berlebihan (risiko berlebihan), namun tetap memiliki potensial return yang memadai.
Sebagai ilustrasi, misalnya seorang investor berumur 30 tahun dan masih aktif bekerja di bidang teknik perminyakan yang memiliki dana untuk diinvestasikan sebesar Rp 1 Milyar. Namun, di luar dana tersebut dia telah mempersiapkan dana cadangan untuk kondisi emergensi sebesar 6 kali dari rata-rata pengeluaran satu bulannya. Tujuan investasinya adalah pertumbuhan kekayaan dalam jangka panjang, dengan tingkat toleransi risiko yang moderat.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, investor tersebut membentuk portofolionya. Pilihan portofolionya adalah 10% dialokasikan ke reksadana pasar uang, 20% ke reksadana terproteksi, 10% ke reksadana pendapatan tetap, 10% ke reksadana campuran, 10% ke exchange traded fund (ETF) saham, 20% ke properti, 10% ke saham perusahan lapis kedua di BEI, serta 7,5% reksadana saham internasional, dan 2,5% ke emas. Investasi emasi biasanya disarankan sebagai sarana lindung nilai (hedging) terhadap inflasi dalam jangka panjang, dan dianjurkan tidak melebihi 2,5% dari porsi portofolio.
Dengan demikian investor tersebut telah melakukan diversifikasi risiko aset-aset investasinya, namun tetap mempertimbangkan tujuan investasinya. Tentunya ini hanya merupakan ilustrasi, bagi setiap investor akan menjadi berbeda-beda kasusnya.
Efek Diversifikasi: Studi Kasus Saham
Efek diversifikasi pada portofolio terlihat jelas digambarkan oleh Gambar 1. Pada gambar tersebut disandingkan profil risk-return satu saham emiten (PTBA) dengan IHSG dari tahun 2004 hingga 2008 (dihitung secara tahunan).
IHSG adalah portofolio saham pasar yang terdiri dari berbagai emiten yang listing di BEI. Tingkat risiko (volatilitas) portofolio pasar menjadi jauh lebih kecil dibandingkan satu saham. Namun demikian, tingkat rerata pengembalian IHSG cukup memuaskan dengan kisaran 20%-60%.
Saham PTBA memang terlihat memberikan return yang besar, namun tingkat volatitas harga sahamnya juga besar. Tentunya tidak semua orang dapat nyaman dengan fluktuasi risk-return yang cukup besar.
Gambar 1. Perbandingan Risk-Return Saham PTBA dengan IHSG
Sumber data: Capital Market Trends, CAPITAL PRICE
Perbandingan keduanya menjadi cukup ekstrim, karena satu saham dibandingkan terhadap portofolio yang terdiri dari ratusan saham. Intinya adalah investasi dengan portofolio memberikan peluang lebih besar bagi investor untuk berinvestasi dengan nyaman dan aman, serta imbal hasil yang memadai.
Berapa banyak aset investasi dan bagaimana alokasi aset yang perlu dilakukan, hal ini kembali lagi kepada tujuan investasi dan profil setiap investor. Salam Investasi!
Oleh:
Guntur Tri Hariyanto dan Roy Sembel
0 comments:
Post a Comment