PT Kalbe Farma Tbk: Kinerja yang Kurang Didukung Penguatan Riset

Tulisan ini dipublikasikan pada Koran Investor Daily, 08 Februari 2010



Industri farmasi adalah industri manufaktur yang sangat padat akan pengetahuan dengan tingkat penelitian yang paling tinggi dan inovatif dibandingkan industri manufaktur lainnya. Beberapa penelitian mengkonfirmasi bahwa perusahaan-perusahaan dengan alokasi dana penelitian dan pengembangan (R&D) yang besar dan konsisten akan menjadi pemimpin di industrinya.

Perkembangan globalisasi industri farmasi memberikan tantangan tersendiri bagi industri farmasi Indonesia. Terlebih dengan berjalannya harmonisasi regulasi farmasi ASEAN yang menciptakan pasar tunggal farmasi di ASEAN, memberikan peta persaingan industri farmasi yang lebih kompleks dan lebih ketat. Perusahaan-perusahaan farmasi di Indonesia dituntut untuk mampu meningkatkan competitive advantage-nya, paling tidak melalui tiga hal berikut: mempertahankan pasar domestik, mengembangkan pasar ekspor, dan membangun aliansi strategis yang tepat.

Walaupun konsumsi obat per kapita Indonesia masih paling rendah di antara negara-negara ASEAN, namun rerata pertumbuhan industri farmasi Indonesia berada di kisaran 13%-15% per tahun dan merupakan potensi pasar farmasi terbesar di ASEAN. Pada tahun 2004 pemerintah mulai menggalakkan program asuransi kesehatan bagi masyarakat, yang berdampak pada jumlah belanja produk-produk kesehatan oleh masyarakat terus meningkat. Pada tahun 2009 pasar farmasi Indonesia mencapai kisaran Rp 30 triliun, dengan struktur sekitar 30% produk farmasi asing dan 70% produk farmasi domestik.

Kinerja Keuangan Perusahaan


PT Kalbe Farma Tbk memiliki empat (4) segmen bisnis, yaitu: obat resep, produk kesehatan, produk nutrisi, dan, distribusi dan kemasan. Keempat segmen bisnis ini memberikan kontribusi yang hampir berimbang dengan pertumbuhan penjualan perusahaan yang terus meningkat setiap tahunnya. Kondisi ini memberikan gambaran kemampuan perusahaan dalam membangun segmen bisnisnya, bahkan saat ini perusahaan telah melakukan ekspansi ke negara-negara ASEAN. Walaupun nilai total ekspor yang diperoleh masih cukup kecil, sekitar 4%-6% dari total penjualan.


Seperti kebanyakan perusahaan farmasi Indonesia, PT Kalbe Farma Tbk terutama mengandalkan pada produksi dan pemasaran branded generic, obat generik, dan obat lisensi dari perusahaan farmasi luar negeri. Walaupun saat ini perusahaan memiliki penjualan dan tingkat keuntungan yang baik, tetapi alokasi R&D perusahaan hanya di bawah 1% dari total penjualan. Nilai ini sangat kecil jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan farmasi internasional, yang dapat mencapai 15%-20% dari total penjualan perusahaan.


Sumber: Capital Market Trends, CAPITAL PRICE


Sejak tahun 2006 perusahaan telah menurunkan tingkat hutangnya, debt-to-assets ratio (DAR) perusahaan stabil di kisaran 35%. Sedangkan net profit margin perusahaan cenderung stabil di kisaran 10%-12%, kecuali tahun 2008. Kontras dengan penurunan hutang, peningkatan penjualan, dan stabilnya marjin laba bersih; return on equity (ROE) perusahaan menurun secara konsisten dari tahun ke tahun. Hal ini lebih disebabkan oleh pertumbuhan ekuitas perusahaan yang tinggi dari kontribusi keuntungan perusahaan.


Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2009, total investasi perusahaan adalah sebesar Rp 1,08 triliun (1,5 kali dari nilai yang diinvestasikan pada tahun 2008). Terbagi atas Rp 374,74 miliar untuk investasi jangka pendek dan deposito berjangka, Rp 519,90 miliar untuk penambahan investasi pada anak perusahaan, dan Rp 187,34 miliar untuk perolehan aktiva tetap. Dengan demikian, walaupun alokasi R&D perusahaan terlihat kecil, tetapi perusahaan tetap memberikan perhatian kepada pengembangan bisnis perusahaan ke depan dengan nilai investasi pada anak perusahaan dan aset yang cukup besar.


Kinerja Saham dan Persepsi Pasar


Harga saham perusahaan terus mengalami peningkatan sepanjang tahun 2002 hingga tahun 2005, dan cenderung stabil dalam kurun waktu 2006 sampai akhir tahun 2008. Pada saat terjadi krisis keuangan global, harga saham perusahaan terus mengalami penurunan hingga akhir tahun 2009, dan kembali menguat seiring dengan penguatan pasar.


Sumber: Capital Market Trends, CAPITAL PRICE


Secara umum kinerja saham perusahaan masih kalah dibandingkan kinerja pasar, didasarkan pada perbandingan tingkat volatilitas terhadap rerata return tahunan perusahaan yang seringkali dibawah IHSG. Tingkat volatilitas tahunan harga saham perusahaan cenderung stabil dan mulai meningkat sejak awal 2009, seiring dengan peningkatan kembali harga sahamnya.


Sesuai pengamatan CAPITAL PRICE, pasar masih mempersepsikan perusahaan ini sebagai perusahaan yang lebih baik dibandingkan perusahaan-perusahaan lainnya. Hal ini dicerminkan oleh persepsi pasar terhadap kinerja perusahaan saat ini (current performance) dan persepsi pasar terhadap kinerjanya di masa depan (future growth opportunity) yang lebih tinggi dari rata-rata perusahaan lainnya. Salam Investasi!


Oleh:
Guntur Tri Hariyanto dan Roy Sembel





0 comments: