PT Elnusa Tbk: Fokus Bisnis dan Peluang Pertumbuhan

Tulisan ini dipublikasikan pada Koran Investor Daily, 26 Apr 2010




PT Elnusa Tbk merupakan perusahaan swasta nasional dengan bisnis yang melingkupi jasa hulu dan hilir migas, pengelolaan aset lapangan migas, serta manajemen data dan teknologi informasi. Core competency perusahaan terletak pada jasa layananan hulu yang terdiri dari tiga backbone competency, yaitu jasa seismik (geoscience), jasa pengeboran (drilling), dan jasa produksi ladang minyak (oilfield production).

Tahun 2007 adalah salah satu tahun terpenting dalam perkembangan bisnis perusahaan. Dengan melakukan penggabungan vertikal dan horisontal, perusahaan melakukan restrukturisasi dengan tujuan untuk menjadi perusahaan jasa migas yang terintegrasi dengan core business di bidang jasa hulu migas. Peluang pertumbuhan dan kebutuhan akan ekspansi mendorong perusahaan melakukan penawaran saham perdana (IPO) di pasar modal. Pada tanggal 6 Februari 2008 saham perusahaan pertama kali tercatat di Bursa Efek Indonesia. Sebagai bagian dalam fokus pada strategi jangka panjang, pada tahun 2009 perusahaan melakukan divestasi terhadap anak perusahaan PT Infomedia Nusantara yang bergerak di bidang jasa pelayanan direktori telepon, contact center dan content.

Pemilik saham terbesar perusahaan adalah PT Pertamina (Persero) dengan kepemilikan sebesar 41,10%. Sedangkan kepemilikan besar lainnya, yaitu sebesar 37,15% sedang dalam proses pengalihan dari PT Tridaya Esta kepada PT Benakat Petroleum Energy Tbk. Kondisi ini diharapkan tidak mengganggu jalannya bisnis perusahaan, dan ke depannya justru diharapkan dapat memberikan peluang karena kedua pemilik perusahaan memiliki eksposur yang luas dalam industri migas.

Kinerja Keuangan

Pendapatan dan laba perusahaan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pendapatan perusahaan pada tahun 2006 sebesar Rp 1,88 triliun, kemudian pada tahun 2009 mencapai Rp 3,66 triliun. Rerata pertumbuhan pendapatan tahunan (CAGR) sebesar 24,94%. Sedangkan laba operasi perusahaan pada tahun 2006 sebesar Rp 115,33 miliar dan di tahun 2009 mencapai Rp 276,29 miliar, dengan CAGR sebesar 33,80%.

Kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2009 diwarnai dengan lonjakan laba bersih sebesar 248,53%. Hal ini didorong oleh laba perusahaan dari penjualan saham PT Infomedia Nusantara. Namun demikian, tahun 2009 perusahaan membukukan peningkatan pendapatan dan laba usaha dibanding tahun sebelumnya masing-masing sebesar 43,96% dan 53,16%.




Pada tahun 2009 pendapatan perusahaan sekitar 60% disumbang oleh bisnis jasa hulu migas, kemudian diikuiti oleh jasa & perdagangan hilir migas (30%). Sisanya disumbang oleh bisnis jasa & perdagangan penunjang hulu dan manajemen data & teknologi informasi. Laba usaha terbesar disumbang oleh bisnis jasa hulu migas dengan porsi lebih dari 80% terhadap total laba usaha. Sedangkan pengelolaan aset lapangan migas yang dimiliki perusahaan, yaitu Blok Bengkanai (gas) dan Blok Ramba (minyak) dapat dikatakan masih belum memberikan kontribusi bagi pendapatan perusahaan.

Pada tahun 2009, bisnis jasa hulu migas, jasa & perdagangan penunjang hulu migas, serta jasa & perdagangan hilir migas perusahaan mengalami peningkatan pendapatan dan laba usaha yang cukup tinggi. Peningkatan tertinggi terjadi pada bisnis jasa & perdagangan hilir migas dengan pertumbuhan pedapatan dan laba usaha dibandingkan tahun sebelumnya masing-masing sebesar 89,72% dan 295,98%. Namun, bisnis manajemen data dan teknologi informasi justru mengalami pertumbuhan negatif, yaitu -11,88% untuk pendapatan, dan -43,03% untuk laba usaha.

ada tahun 2009, penerimaan pelanggan tertinggi disumbang oleh Grup Pertamina dan perusahaan swasta, masing-masing menyumbang 42,41% dan 37,41%. Pendapatan dari kedua kelompok meningkat dibandingkan tahun 2008, baik dari nilai uang maupun dari persentase terhadap total pendapatan pelanggan. Pendapatan dari Grup Pertamina mengalami peningkatan tajam pada kebutuhan jasa yang terkait dengan pengembangan energi geotermal dan gas. Kelompok pelanggan perusahaan swasta yang menggunakan jasa perusahaan diantaranya adalah Exxon, Petrochina, Chevron, Vico, Total, dan Medco.

Kinerja Saham

Pada hari pertama di pasar sekunder, harga saham perusahaan ditutup pada harga Rp 515 per lembar saham. Seiring dengan penurunan pasar, harga saham perusahaan juga menurun hingga tahun 2009. Kemudian meningkat pada tahun 2009 sejalan pula dengan peningkatan pasar. Ukuran risiko pasar (beta) saham perusahaan terletak relatif stabil antara 1,1-1,3.

Sejak pertama kali listing di pasar, rasio harga saham perusahaan dibandingkan dengan IHSG terus mengalami penurunan hingga bulan Maret 2009. Namun, sejak bulan Maret hingga Juni 2009, peningkatan harga saham perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan IHSG. Setelah itu, hingga bulan April 2010 rasio harga saham terhadap IHSG kembali mengalami penurunan. Kondisi ini terjadi karena harga saham perusahaan cenderung stagnan tetapi IHSG terus meningkat. Harga saham perusahaan mengalami peningkatan cukup tinggi dibandingkan periode sebelumnya setelah keluarnya laporan keuangan tahunan 2009. Salam investasi!


Oleh:
Guntur Tri Hariyanto dan Roy Sembel




0 comments: