Konsumsi baja domestik kuat, GDST berprospek positif



http://ekbis.sindonews.com/   J Erna
Jum'at,  14 Maret 2014  −  15:54 WIB



TRIBUNNEWSBATAM.COM, JAKARTA- Harga batubara semakin tertekan seiring perlambatan perekonomian China. Harga emas hitam ini anjlok ke level terendahnya selama lima tahun terakhir.
Data Bloomberg menunjukkan, Selasa (11/3), harga batubara untuk kontrak pengiriman Mei 2014 di Bursa ICE Futures naik tipis 1,60% dari hari sebelumnya menjadi US$ 72,75 per metrik ton (MT). Ini merupakan harga terendah sejak Maret 2009. Bahkan, sejak akhir tahun 2013 harganya sudah terpangkas sebesar 13,64%. Harga batubara juga sempat mencapai level terendah di 71,60 per metrik ton (MT) (10/3).

Analis PT Megagrowth Futures, Wahyu Tribowo Laksono memperikan harga batubara masih akan terus tertekan hingga akhir kuartal pertama 2014. "Batubara kini oversold dan berpotensi hingga ke level US$ 70.00 per metrik ton," kata Wahyu

Pemicu utama melemahnya harga batubara, selain permintaan yang minim juga disebabkan oleh perlambatan perekonomian China. Asal tahu saja, Negeri Panda ini adalah importir terbesar batubara di dunia. Beberapa bulan lalu China juga mengurangi pembangunan pembangkit listrik berbasis batubara, dan mengalihkan ke energi yang lebih bersih, seperti air, angin, dan nuklir. Di sisi lain, China masih memiliki stok batubara yang cukup banyak. "Karena hal tersebut, permintaan batubara kian merosot," imbuh Wahyu.

Sementara, analis PT Pefindo, Guntur Tri Hariyanto mengatakan melemahnya harga batubara saat ini disebabkan rilis data ekspor China pada Februari 2014 turun 18%. Terlebih terdapat indikasi bahwa angka ekspor tahun lalu yang fiktif, yang membuat keraguan akan kemampuan Cina untuk dapat memenuhi target pertumbuhan ekonominya sebesar 7,5%. Dengan demikian, ada kekhawatiran penurunan konsumsi batubara yang signifikan di China.

Secara teknikal, Wahyu bilang harga saat ini sedang mengalami jenuh jual (oversold). Hal itu terlihat dari indikator relative strenght index (RSI) menginjak level 36,7% dan stochastick sudah di level 28,5% yang berarti akan rebound terbatas. Sedangkan, indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif, minus 1,5. Adapun harga bergerak di bawah moving average (MA) 50 (72.00), MA 100 (80.00) dan MA 200 (80.90).

Wahyu memprediksi harga batubara akan cenderung konsolidasi di kisaran US$ 70-US$ 75 per ton dalam sepekan. Adapun, hingga akhir kuartal pertama tahun ini, harga batubara akan bergulir di US$ 68- US$ 77 per MT. Sedangkan, Guntur memprediksi harga sepekan ke depan di kisaran US$ 72-74 per ton. Dan hingga akhir kuartal pertama tahun ini, batubara bergulir di US$ 72-US$ 75 per ton.

0 comments: