Kita cukup dikagetkan dengan insiden salah obat yang terjadi di RS Siloam, sebuah rumah sakit ternama dan memiliki pengelolaan yang modern. Dikabarkan bahwa obat anestesi yang diberikan memiliki kandungan yang berbeda dengan sampul obat. Sebuah kejadian yang kemudian mengguncang dunia farmasi di Indonesia.
Kejadian ini akan berdampak besar bagi produsen obat terkait, yang kebetulan adalah PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), sebuah perusahaan yang memiliki pengalaman panjang di industri farmasi. Kabar terakhir dari pemeriksaan yang dilakukan oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) terdapat indikasi tertukarnya obat dengan kemasannya dalam proses produksi.
Untuk keperluan pemeriksaan, BPOM telah menghentikan izin edar dan proses fasilitas produksi obat yang terkait. Oleh karenanya, KLBF memiliki potensi kerugian finansial dari penarikan obat dan penghentian proses fasilitas produksi, selain juga kerugian dari sisi reputasi perusahaan. Kerugian terakhir diperkirakan akan berdampak jauh lebih besar kepada KLBF, terlebih apabila nanti dalam pemeriksaannya terdapat bukti bahwa KLBF tidak memenuhi kaidah produksi obat yang baik.
Di lain pihak, insiden ini juga akan memberikan pengaruh negatif bagi RS Siloam (SILO) rumah sakit tempat insiden terjadi. Meskipun memang pihak SILO mengatakan bahwa proses pemberian obat telah melalui standar operasi prosedur (SOP) yang berlaku, namun masih terdapat potensi bahwa SILO memiliki kelalaian dalam proses memproleh dan memberikan obat kepada pasien.
Dalam jangka pendek, kemungkinan akan ada dampak penurunan jumlah pasien yang datang ke SILO sebagai dampak dari pemberitaan yang luas di media massa, namun sepertinya hal ini hanya sementara.
Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari kejadian tersebut di atas? Menurut saya, kejadian tersebut dapat saja membuka mata kita bahwa terdapat banyak area yang perlu dibenahi dalam industri farmasi dan rumah sakit kita. Insiden yang baru saja terjadi, hanya merupakan serpihan kecil dari berbagai insiden yang pernah terjadi di kedua industri tersebut.
Bukan rahasia umum lagi bahwa terdapat pasar senilai triliunan rupiah untuk pasar farmasi gelap. Demikian pula terdapat praktik ilegal maupun pengelolaan rumah sakit yang hanya mengejar untung, tanpa peduli kualitas layanan dan rasa kemanusiaan.
Semoga kita bisa selalu dengan rendah hati mengambil hikmah dalam setiap kejadian. Salah satu hal yang terlintas dalam pemikiran saya adalah mulai diimplementasikannya manajemen risiko yang komprehensif di industri farmasi dan rumah sakit. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi peluang dan dampak terjadinya suatu insiden. Tentunya implementasi akan berdampak positif bagi perusahaan, industri, dan masyarakat luas pengguna jasa.
0 comments:
Post a Comment