Memasuki Tahun Infrastruktur
Mengakhiri tahun 2014 IHSG ditutup sebesar 5.226,9, tumbuh 22,3%, sejalan dengan apa yang telah kami prediksikan. Sementara itu, indeks sektoral yang mengalami pertumbuhan indeks tertinggi sepanjang tahun lalu adalah infrastruktur (24,7%), keuangan (35,4%), dan properti (55,8%).
IHSG menjadi indeks dengan pertumbuhan tertinggi keempat di Asia setelah Tiongkok, India, dan Filipina yang memang mencatatkan perkembangan ekonomi yang lebih baik dibanding Indonesia di tahun lalu. Kinerja IHSG patut dihargai oleh karena besarnya tantangan di tahun lalu, terutama dari tingginya ketidakpastian didorong oleh intensnya peristiwa politik yang menyebabkan banyak tertundanya IPO serta aksi korporasi lainnya.
Kinerja sektor infrastruktur di tahun 2014 terutama ditopang saham-saham blue chip seperti TLKM, PGAS, JSMR, TBIG, dan TOWR yang mengalami peningkatan harga saham antara 33%-67%. Di sisi lain, saham infrastruktur lapis kedua yang memiliki lini bisnis terkait dengan bidang maritim, juga mendapatkan sentimen positif, terutama setelah dicalonkan dan terpilihnya Jokowi sebagai Presiden RI.
Sementara itu, saham-saham di sub sektor konstruksi juga memperoleh berkah di tahun lalu terkait kegiatan sektor ini yang berhubungan langsung dengan pembangunan infrastruktur. Hampir semua saham di sektor konstruksi mengalami apresiasi harga saham yang tinggi, rata-rata sekitar 125%.
Sektor perbankan menjadi pendorong kinerja sektor keuangan di tahun lalu, terutama bank-bank dengan nilai kapitalisasi besar seperti BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, PNBN, dan BBTN. Harga saham-saham bank-bank tersebut naik sebesar 37%-77%. Hal ini cukup menggembirakan ditengah terjadinya pengetatan likuiditas dan penurunan penyaluran kredit.
Prospek di tahun infrastruktur
Pada tahun 2015 pemerintahan Jokowi-JK menempatkan fokus perhatian pada pembangunan infrastruktur. Untuk mendukung kebijakannya, serta diuntungkan oleh rendahnya harga minyak, didalam RAPBN-P 2015 pemerintah telah mempersiapkan ruang fiskal yang lebih besar (Rp205 triliun) yang berasal dari pengurangan subsidi energi.
Dari situ kemudian pemerintah mengalokasikan tambahan anggaran untuk berbagai program prioritasnya. Sehingga secara total anggaran belanja infrastruktur menjadi Rp281 triliun, lebih tinggi dibandingkan subsidi energi. Lebih jauh, pemerintah bahkan telah meningkatkan anggaran Penyertaan Modal Negara (PMN) menjadi Rp75 triliun, yang diharapkan dapat mempercepat progam pembangunan infrastruktur.
Di sisi lain, untuk mempercepat proses perizinan pembangunan infrastruktur terutama yang memerlukan investasi swasta, pemerintah juga telah mempersiapkan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP). Dengan penerapan PTSP, pencapaian realiasi investasi di tahun ini ditargetkan mencapai Rp500 triliun, sehingga diharapkan dapat membantu percepatan pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, untuk mendukung program pembangunan infrastruktur, maka peran perbankan sebagai salah satu lembaga pembiayaan menjadi sangat vital. Oleh karenanya, rencana pemerintah untuk meberikan suntikan modal kepada bank-bank BUMN akan sangat bermanfaat. Kondisi saat ini ruang gerak perbankan nasional hanya sekitar Rp300 triliun sehingga masih diperlukan tambahan tenaga.
Selain dari pemerintah, industri perbankan juga akan mendapat tambahan tenaga dari beberapa inisiatif yang digulirkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Salah satunya adalah penyesuaian besaran bobot risiko dalam pembiayaan sektor ekonomi proritas. Lainnya adalah inisiatif Laku Pandai (layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif) yang diperkirakan akan melibatkan 17 bank dan 30.000 agen baru di tahun ini, sehingga memperbesar kemungkin bank meningkatkan likuditasnya.
Dengan perkembangan tersebut, kami sejalan dengan optimisme kalangan perbankan yang mentargetkan pertumbuhan kredit akan tumbuh 16% di tahun ini, lebih baik dibandingkan realisasi tahun lalu. Oleh karenanya, kami menjaga optimisme terhadap pada perkembangan ekonomi Indonesia di tahun ini. Kami memandang, kinerja saham sektor infrastruktur, sektor konstruksi, dan perbankan masih akan melanjutkan perkembangan positifnya yang telah dimulai sejak tahun lalu.
Guntur Tri Hariyanto, CSA, CRP
PEFINDO Newsletter, Februari 2015
Labels:
Capital Market
0 comments:
Post a Comment