Pemerintah telah
selesai menyusun RAPBN-P 2015 dan saat ini sedang diajukan untuk disetujui oleh
DPR. Melihat postur RAPBN-P 2015 yang dibangun oleh pemerintahan Jokowi-JK,
kami melihat adanya angin segar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan
membesarnya ruang fiskal, diharapkan tahun 2015 menjadi titik balik bagi
pertumbuhan ekonomi yang terus melambat sejak tahun 2012.
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia selama ini mengandalkan ekspor komoditas primer (± 65% dari total
nilai ekspor) di sektor tambang dan perkebunan, seperti batubara, mineral, CPO,
karet, kopi, dan kakao. Dengan melemahnya harga-harga komoditas secara
berkepanjangan, maka ekspor komoditas tidak dapat lagi menjadi andalan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Melalui RAPBN-P
2015, pemerintah sepertinya berusaha untuk melakukan perubahan lansekap
perekonomian Indonesia. Salah satu perubahan strategis adalah pengurangan
alokasi subsidi BBM yang dipotong 71% dari nilai APBN 2015 sehingga hanya
menjadi Rp81 triliun. Terbantu oleh penurunan harga minyak, tahun ini
pemerintah mengambil langkah kebijakan untuk melakukan subsidi tetap bagi solar
namun menghilangkan subsidi untuk premium sejak awal tahun 2015.
Dengan langkah
tersebut serta berbagai upaya efisiensi alokasi anggaran, ruang fiskal yang
dimiliki pemerintah mencapai Rp230 triliun yang kemudian dialokasikan berbagai
sektor yang lebih produktif. Dari nilai tersebut, sejumlah Rp155triliun
kemudian dialokasikan kepada anggaran prioritas sebagain tambahan belanja
Kementrian/Lembaga (K/L), sehingga belanja pemerintah pusat meningkat Rp132
triliun menjadi Rp779,5 triliun. Belanja infrastruktur pun melonjak menjadi
Rp290 trilin dari sebelumnya hanya dianggarkan Rp196 triliun.
Kami menghargai
upaya pemerintah melakukan penambahan modal negara pada sejumlah BUMN, yang
memang diharapkan akan menjadi motor peningkatan investasi dalam negeri.
Langkah ini kami pandang positif karena (a) efektifitas penggunaan anggaran
akan lebih baik atau cepat terserap pada tingkat korporasi milik negara, dan
(b) tambahan modal pada sejumlah BUMN tersebut dapat di-leverage untuk mendukung pembiayaan belanja modal mereka
masing-masing.
Tabel Perbandingan Postur APBN
Rp triliun
|
APBN-P 2014
|
APBN 2015
|
RAPBN-P 2015
|
Penerimaan pajak
|
1.072,4
|
1.201,7
|
1.300
|
Rasio pajak (%)
|
12,3
|
12,4
|
13,5
|
Subsidi BBM
|
246,5
|
276
|
81
|
Subsidi listrik
|
103,8
|
68,7
|
76
|
Dana alokasi khusus
|
33
|
35,8
|
55,8
|
Dana alokasi desa
|
-
|
9,1
|
20,1
|
Belanja infrastruktur
|
210
|
196
|
290
|
Defisit anggaran (%PDB)
|
2,4
|
2,2
|
1,9
|
Sumber: diolah
dari berbagai sumber, PEFINDO Riset Konsultasi
Anggaran prioritas
dalam RAPBN-P 2015 terbagi dalam tiga hal utama, yaitu anggaran untuk
pembangunan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, pemenuhan
kebutuhan kewajiban dasar, dan pembangunan infrastruktur konektivitas.
Pembangunan untuk infrastruktur untuk pertumbuhan ekonomi terdiri dari pangan,
maritim, pariwisata, dan industri. Kemudian, untuk pemenuhan kebutuhan dasar
khususnya untuk pendidikan, kesehatan, dan perumahan, pengurangan kesenjangan
antarkelas pendapatan maupun antar wilayah.
Salah satu harapan
dari struktur RAPBN-P 2015 adalah adanya fokus untuk menjaga keseimbangan
pembagunan, baik keseimbangan wilayah maupun sosial, terutama dengan dinaikkannya
anggaran untuk dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan dana desa. Di sisi
lain, percepatan pembangunan infrastruktur juga didorong dari penyuntikan modal
negara ke berbagai BUMN sebesar Rp75 triliun, terbesar sepanjang sejarah yang
pernah diajukan. Setoran dividen BUMN pun akan dikurangi dengan tujuan untuk
semakin memperkuat struktur modal dan meningkatkan produktivitas BUMN.
Pemerintah juga
mentargetkan untuk meningkatkan peran investasi dan mengejar peningkatan
pencapaian tax ratio. Ditunjang
dengan penerapan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP), pemerintah mentargetkan
pencapaian realiasi investasi di tahun ini mencapai Rp500 triliun atau tumbuh
15% dari tahun lalu. Investasi terutama diarahkan kepada industri substitusi
impor seperti industri baja, energi terbarukan, elektronik, dan komponen
otomotif, serta kepada industri padat karya untuk mendorong penyerapan tenaga
kerja. Sementara itu tax ratio
ditargetkan mencapai 13,5%, naik dari rata-rata lima tahun belakang yang hanya
11%-12%.
Dengan berbagai
terobosan dalam penyusunan RAPBN-P 2015, kami menaruh optimisme terjadinya
perubahan arah pembangunan ekonomi yang signifikan. Dibangunnya berbagai
infrastruktur vital yang dibutuhkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang
lebih berkualitas. Demikian pula berbagai pemerataan pembangunan yang sangat
genting dibutuhkan, terlebih saat ini gini
ratio Indonesia telah mencapai lebih dari 0,4, suatu nilai yang sudah cukup
kritis.
0 comments:
Post a Comment